BLUE ECONOMY
BAB I PENDAHULUAN
Sejak
dahulu kala Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
Dengan luasnya lautan yang dimiliki banyak potensi kekayaan laut yang dapat
kita manfaatkan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Indonesia memiliki potensi sumber daya laut
yang sangat besar. Selain ikan, berbagai sumber daya lain terdapat di sini,
seperti pertambangan, rumput laut, terumbu karang, dan sebagainya. Semuanya
memiliki nilai ekonomi yang sangat besar untuk kesejahterakan rakyat, terutama
kaum nelayan. Nelayan memiliki posisi yang cukup strategis mengingat dua
pertiga wilayah Nusantara adalah laut.
Namun seringkali nelayan tidak berdaya secara ekonomi dan terjerat kemiskinan.
Karena itu perlu upaya untuk
memberdayakan nelayan demi meningkatkan kesejahterannya. Sumber daya laut yang ada di Indonesia memang
sangat besar, jika dikelola dengan baik, maka bisa meningkatkan kesejahteraan
rakyat, khususnya nelayan dan masyarakat pesisir.
Laut Indonensia memiliki kekayaan sumber daya
berlimpah. Namun pengelolaan dan regulasi yang mengatur penggunaan kekayaan
laut tersebut dinilai masih kurang memberi keuntungan bagi negara. Sehingga
perlu upaya-upaya dari berbagai pihak untuk bekerjasama dalam pemanfaatan
kekayaan laut secara optimal dan terarah. Industrialisasi kelautan dan
perikanan.
Salah
satu cara untuk menjaga agar "masyarakat Indonesia mencintai laut sehingga
harus menjaga dan melestarikannya" adalah meningkatakan peran perairan
sebagai sumber kesejahteran untuk lingkungannya. Makin pentingperairan bagi
masyarakat, maka masyarakat akan makin rajin memperhatikan dan mengurus
perairannya.
"Kerusakan
Lingkungan (environment) dan ketidakseimbangan antara manusia dan alam semakin
mengasyikkan sama akademik, filsuf, pengusaha dan pembuat kebijakan. Perbedaan
antara kaya dan miskin dan ketidakmampuan untuk terus menerus merespon
kebutuhan dasar dari semua (tidak hanya manusia) menyita perhatian banyak.
Tampaknya fenomena berkelanjutan satunya waktu modern kita adalah hilangnya
keanekaragaman hayati dan kami ketidakmampuan untuk Menghilangkan kemiskinan.
Meskipun kita semua melihat realitas di mata, kita tampaknya kurang visi dan
alat untuk membuat perbedaan dan mengarahkan berlebihan kami Konsumsi
masyarakat pada umumnya dan kompetitif terhadap bisnis kami di dunia
keberlanjutan. Media kita terus melaporkan hilangnya tutupan hutan,
keanekaragaman hayati, dan martabat manusia."
Guna
mewujudkan pengembangan SDM mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan,
maka perlu terciptanya SDM sebagai pelaku industri yang mampu meningkatkan
nilai tambah dan daya saing produk. Hal itu penting dilakukan mengingat
Indonesia sedang bersiap diri menyambut Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013 dan menyongsong Masyarakat
Ekonomi ASEAN (ASEAN Economy Community) 2015. Untuk itu, KKP tetap konsisten
menata kembali pola pembangunan kelautan dan perikanan dengan mengadopsi konsep
pembangunan berkelanjutan yang lebih menekankan pada konsep Ekonomi Biru.
Konsep Blue Economy akan bertumpu pada
pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan
nasional secara keseluruhan. Konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) seperti konsep blue economy saat ini telah menjadi arus utama
dalam kebijakan pembangunan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Bahkan Presiden RI dalam berbagai forum internasional telah menjadi pelopor
dalam mempromosikan penerapan konsep-konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Menindaklanjuti hal tersebut, KKP yang bergerak di sektor kelautan dan
perikanan harus berada di garis terdepan untuk mempromosikan dan melaksanakan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
Blue
economy yaitu konsep dimana potensi-potensi lokal mendapat perhatian untuk
dikembangkan. Diyakininya dengan melakukan 100 inovasi akan mampu menciptakan
100 juta pekerjaan baru bagi masyakarat, khususnya masyarakat miskin di
pedesaan.
Suatu terobosan yang luar biasa ini,
mendapat sambutan yang positif dari kalangan pemerintah kita, dan beberapa kali
pemerintah terus mengupayakan agar konsep blue economy ini dapat dikembangkan
di Indonesia guna ikut berpartisisipasi dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Beberapa kementerian telah berupaya menerapkan konsep ini dengan sangat
berhasil dan sekali lagi tidak sedikit yang menerapkan konsep tersebut melalui
proyek-proyek di tempat-tempat tertentu, sehingga belum secara signifikan mampu
menolong keluarga miskin untuk bangkit dari belenggu kemiskinan secara
keseluruhan. Banyak para pemimpin dan pengambil kebijakan belum memahami bahwa
proses pengentasan kemiskinan itu tidak bisa dilakukan dengan cara instruktif,
seperti yang selama ini dilakukan, tetapi harus ada konsep baru berupa konsep
partisipatif. Blue economy ini menawarkan suatu terobosan agar partisipatif
dari masyarakat mendapatkan tempat yang sewajarnya, bukan menghalang-halangi
apa lagi melarang upaya gotong-royong masyarakat dalam menciptakan suatu kreasi
yang baru yang menguntungkan masyarakat dan kelompoknya secara mandiri.
Penggunaan pendekatan yang partisipatif dan budaya gotong-royong serta sumber
daya lokal merupakan prioritas utama dalam kegiatan pembangunan dalam kontek
blue economy ini.
BAB II KAJIAN TEORI
TEORI
EKONOMI MAKRO NEO-KLASIK
Teori
pertumbuhan neo-klasik pertama kali dikembangkan oleh Prof. Robert Solow, yang
memperoleh hadiah nobel pada tahun 1987 untuk teorinya tersebut. Teorinya dikemukakan
dalam "Quarterly Journals of Economics" terbitan bulan Februari 1956,
dalam tulisan yang berjudul "A Contribution of The Theory od Economics
Growth."
Ciri-ciri
teori ini adalah :
1. Perkembangan
faktor-faktor produksi dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama yang
menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu masa tertentu dan
perkembangannya dari waktu ke waktu lainnya.
2. Teori
ini melihat bagaimana setiap faktor produksi dan perkembangan teknologi
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Teori neo-klasik bukan saja menmperhatikan
penana tenaga kerja dalam pertumbuhan, tetapi yang penting lagi, teori ini
menganalisis pula sumbangan dari perkembangan stok modal dan perkembangan
teknologi dalam pembangunan ekonomi. Lebih istimewa lagi, teori ini dapat
digunakan untuk melakukan penyelidikan empiris mengenai peranan relatif dari
modal, teknologi dan tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi.
3. Pemerintah
sudah ikut campur.
4. Sudah
ada pajak dan inflasi
5. Pasar
barang sudah tiga sektor . Y=C+I+G .
keterangan:
Y=pendapatan
nasional suatu negara.
C=konsumsi
secara agregat.
I=investasi.
G=pemerintah.
BAB III SIMPULAN
Sesuai
dengan teori ekonomi makro neo-klasik, Bagaimana setiap faktor produksi dan
perkembangan teknologi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Teori neo-klasik bukan
saja memperhatikan peranan tenaga kerja dalam pertumbuhan, tetapi yang penting
lagi, teori ini menganalisis pula sumbangan dari perkembangan stok modal dan
perkembangan teknologi dalam pembangunan ekonomi. Lebih istimewa lagi, teori
ini dapat digunakan untuk melakukan penyelidikan empiris mengenai peranan
relatif dari modal, teknologi dan tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi.
Dalam
mengimplementasikan blue economy, tidak boleh menggunakan standarisasi
melainkan pendekatan pada budaya setempat khususnya di Indonesia, sebagai salah
satu negara penghasil rumput laut terbesar memiliki banyak sekali jenisnya.
Di
masa depan sektor kelautan dan perikanan dalam konsep blue economy akan semakin
memiliki peranan strategis dalam memperkuat ketahanan pangan dan mendorong
perekonomian Indonesia. Buktinya sejak strategi industrialisasi kelautan dan
perikanan mulai dicanangkan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun
2011, produktivitas sektor ini semakin meningkat. Apa lagi Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki kekayaan laut yang luar biasa banyak seperti
tumbu karang, dan rumput laut.
Konsep
ini akan semakin memperkuat pengelolaan potensi kelautan secara berkelanjutan,
produktif, dan berwawasan lingkungan. Pendekatan blue economy juga akan
mendorong pengelolaan sumber daya secara efesien melalui kreatifitas dan
inovasi teknologi. Dan konsep ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat
khususnya nelayan dan masyarakat pesisir. Mengurangi angka kemiskinan yang ada karena
dapat melipat gandakan pendapatan menciptakan lapangan kerja dan menggerakan
perekonomian masyarakat sekitar.
Juga
mengurangi kerusakan ekosistem laut, konsep ini ramah lingkungan. Jadi tidak
ada nelayan yang menggunakan bom ikan untuk menangkap ikan atau dengan cara
merusak ekosistem laut. Dengan adanya konsep ini, akan menyadarkan nelayan yang
selama ini menangkap ikan dengan cara yang tidak baik. Menggunakan cara yang
ramah lingkungan akan menghasilkan sesuatu yang bagus yaitu meningkatkan hasil
ikan tangkapan dengan membudidayakan ikan, semakin banyak rumput laut dan tumbu
karang yang hidup dan tumbuh, sehingga ekosistem laut tetap terjaga.
Jika
konsep ini dijalankan dengan baik oleh pemerintah, masyarakat dan pengusaha,
maka di masa depan pembangunan nasional yang diinginkan akan tercapai. Dan akan
menarik investor untuk menginvestasi dalam industrialisasi perikanan dan
kelautan. Potensi perikanan dan kelautan Indonesia semakin terkenal di seluruh
dunia.
Sektor
perikanan merupakan salah satu sektor utama (disamping sektor jasa, pertanian,
dan sumberdaya alam) yang akan menghantarkan Indonesia sebagai negara yang maju
perekonomiannya, sehingga Indonesia harus terus berbenah diri melaksanakan
pembangunan di segala sektor termasuk membangun sumber daya alam kelautan dan
perikanan yang mempunyai potensi cukup besar untuk diolah secara optimal. Hal
ini dimaksudkan bahwa membangun sumberdaya alam kelautan dan perikanan adalah
mengelola SDM-nya, maka peningkatan kapasitas SDM merupakan salah satu faktor
penting dalam mewujudkan blue economy.
0 comments:
Post a Comment